Monday, April 4, 2016

INTEGRASI ILMU "Sebuah Rekonstruksi Holistik"


    1 .   Problem
Dikotomi ilmu ke dalam ilmu agama dan non-agama sudah terjadi sejak dulu dan bukan merupakan hal yang baru lagi. Dikotomi tidak menimbulkan terlalu banyak problem ke dalam sistem pendidikan Islam. Ketika ilmu-ilmu sekuler positivistic diperkenalkan ke dunia Islam lewat Imperialisme Barat, terjadilah dikotomi yang sangat ketat antara ilmu-ilmu agama.
Di sekolah-sekolah umum terjadi pemisahan yang ketat antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Selanjutnya yang muncul dalam dikotomi ilmu adalah timbulnya kesejangan tentang sumber ilmu antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Harus ada upaya untuk mengatasi problem dikotomi ilmu ini.
Satu-satunya sumber  yang  mencapai kebenaran  adalah kitab suci dan Sunnah nabi.
Dikotomi ilmu dapat menimbulkan problem yang berkenaan dengan objek-objek ilmu untuk sebuah disiplin ilmu.

Problem lainnya yang sangat potensial muncul dari dikotomi adalah munculnya disintegrasi pada klasifikasi ilmu. Problem selanjutnya yang timbul dari dikotomi adalah menyangkit metodologi ilmiah.
Inilah beberapa problem fundamental  yang sangat mungkin timbul dari dikotomi ilmu.

   2.      Tauhid : Prinsip Utama Integrasi Ilmu
Tauhid menjadi prinsip yang paling dasar dari ajaran Islam, kaitannya dengan integrasi ilmu telah menjadi prinsip yang paling utama  dari prinsip-prinsip epistimologi Islam. Menurut para teolog, fuqaha, sufi, filofof, dan ahli tafsir mempunyai perbedaan dalam mengartikan konsep Tuhid. Pata teolog dan fuqaha mengartikannya sebagai “tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah”,
Para filosof muslim mempunyai tafsir mereka sendiri tentang keesaan Tuhan (Tauhid). Keesaan Tuhan bagi mereka haruslah simple  dan tidak boleh tersusun dari apapun kecuali dzat-Nya sendiri.
Konsep wahdah al-wujud diadopsi dari konsep sufi. Filosof muslim Ibn Sina mengatakan bahwa pada dirinya adalah mukmin al-wujud yang artiya wujud-wujud yang mungkin, dan dengan itu dia maksudkan sebagai wujud potensial. Jadi dalam pandangan tokoh Muslim  ini pada dirinya alam hanyalah sebuah potensi  bukan aktualitas.
Dari pandangan yang ada konsep wahdah al-wujud paling cocok untuk dijadikan sebagai jenis integrasi ilmu. Konsep ini dapat menjadi basis integrasi bagi metode ilmiah.

   3.      Basis Integrasi Ilmu-Ilmu Agama dan Umum
Ilmuan-ilmuan muslim percaya sepenuhnya bahwa sumber dari segala ilmu adalah Allah. Tujuan dari ilmu adalah untuk mengetahui sesuatu bagaimana adanya, yang berarti untuk mengetahui kebenaran sejati, maka Tuhan sebagai kebenaran sejati tentu merupakan sumber dari segala kebenaran lainnya, termasuk realitas-realitas ilmu.
Sumber utama dari ilmu-ilmu agama adalah kitab suci, dan sumber dari ilmu-ilmu umum adalah alam semesta.
Metode ta’wil atau hermeneutic digunakan sebagai sarana untuk mengatasi diskrepansi antara kitab suci dengan kebenaran-kebanaran ilmiah. Dengan metode ini, pertentangan antara kitab suci dan kebenaran ilmiah dapat diatasi. Untuk fenomena alam digunakan metode observasi atau eksperimen (tajribi).
Sifat atau karakteristik ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum telah menjadikan metodologi yang berbeda dan klasifikasi ilmu yang berbeda.


Dari Buku Karangan Dr. Mulyadi “INTEGRASI ILMU Sebuah Rekonstruksi Holistik









No comments:
Write comments

Translate

Flag Counter

Followers